SELAMAT DATANG ! SEMOGA SEMUA YANG KAMI SAJIKAN MENAMBAH WAWASAN dan PENGETAHUAN ANDA

Selasa, 17 Juli 2012

Warkop DKI (biografi)















Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Dalam acara itu, Rudi Badil dalam obrolan sering berperan sebagai Mr. James dan Bang Cholil. Indro yang berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam: Mas Bei (Jawa), Acing/Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun sering berperan sebagai Poltak (Batak) sedangkan Dono sendiri hanya berperan sebagai Slamet (Jawa).

Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu.

Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
[sunting] Era film

Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
[sunting] Era televisi

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal tahun 1983 karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.
[sunting] Proses kreatif

Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.

Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).

Selasa, 08 Mei 2012

Biografi Mus Mulyadi : Perjalanan Karir Musik dan film

                                                         Diskografi
• Rek Ayo Rek
• Album Mus Mulyadi - edisi khusus - album pop keroncong terbaik
• Album pop keroncong - Mus Mulyadi - vol 1
• BERSENANDUNG -Keroncong. (Indra. AKL-054)
• LAGU KERONCONG volume 3. (Indra. AKL-087)

• Gethuk Blauran -Jawa. (Mustika. GH-004)
• MAWAR MERAH -volume 6. (Indra. AKL-107)
• Album Favourite Band - " Tetes hujan dibulan April"
• Album Seleksi Mega Hits - Terlaris dan Terpopuler
• Album Pilihan evergreen keroncong vol 7
• Album Raja & Ratu campursari lagu keroncong Mus Mulyadi & Waljinah
• Album Mus Mulyadi lagu karya emas Ismail marzuki - "sabda alam"
• Album pop keroncong - "dari masa ke masa"
• Album: Chinese New Year Special Album - Harry dan Iin, Mus Mulyadi, Sundari Sukoco dll. di Produksi Gema Nada Pertiwi

Album Bersama
• JAUH DI MATA. bersama Laily Dimyatie. (Mutiara. MLL-122)
• PANAH ASMARA. bersama Herlina Effendy
• RONDHO KEMPLING. bersama Wadljinah
• Dinda & Kanda Bestari -lagu Keroncong Disco Reggae bersama Helen Sparingga
• HENING. -Lagu keroncong bersama Hetty Koes Endang
• Pop Jawa Mus Mulyadi bersama Waldjinah
Lagu Keroncong Rohani
• Kasih setiamu
• Betapa hatiku
• Sadarlah Manusia
• Persembahanku
• Hanya ada satu Jalan
• Saat ini saat indah
• Peganglah tanganku Roh Kudus
• Yesus seperti Gembala
• Kasih dari Surga
• Penuh Hidupku
• Tuhanlah Perlindunganku
• Padamu Bapa

Filmografi

• Putri Solo (1974) di sutradarai oleh Fred Young bermain dengan bintang film Mieske Bianca Handoko, Harris Sudarsono, Ratmi B-29, Rendra karno, S.Poniman, Chitra Dewi, Debby Cynthia Dewi dengan direktur fotography Irwan Tahyar, komposer Nasruri, dan dioroduksi, PT. Agasam Film.

Mus Mulyadi Si Raja Keroncong
Oleh : Jose Choa Linge/KPMI

Siapa bilang mengusung lagu keroncong dan langgam Jawa hanya dapat dinyanyikan dan dinikmati oleh kalangan orang tua-tua saja? Buktinya, ada generasi muda bernama Mus Mulyadi berhasil membuat pukulan dahsyat di industri musik keroncong yang kala itu dimiliki Gesang, Isnarti, Bram (Aceh) Titaley, Tan Tjeng Bok (Pak Item), Itjih Sumarni dan Waljinah saja.

Semula, Mus Mulyadi menggeluti lagu-lagu pop, tapi malah keroncong dan langgam Jawalah yang membawanya melanglang buana ke berbagai negara, seperti Prancis, Belanda, dan Belgia. Bahkan, kesohoran namanya dikenal di negara Amerika dan Suriname dengan tembang-tembangnya, seperti Rek Ayo Rek, Rondo Ngarep Poma dan Gerimis. Sejak itulah kiprahnya makin menggila dan bukan hanya kancah keroncong dan langgam Jawa saja yang digelutinya, tapi Melayu dan dangdut-pun dirambahnya.

Enam penghargaan diraihnya, membuat namanya makin dikenal, seperti dua Piring Emas untuk lagu Melayu dan dangdut Hitam Manis dan Siksa Kubur (1974, 1978), Anugerah Penyanyi Langgam Jawa Legendaris, dan Kroncong Kreatif (1993), BASF Award XI - Musik Keroncong (1996).

Keluarga seniman

Anak ketiga dari delapan bersaudara ini semula bercita-cita menjadi seorang arsitektur, namun akhirnya lebih lekat dengan tarik suara. Karena hampir setiap hari melihat orang tuanya bermain gamelan mengiringi penyanyi lainnya di masa itu. Mus Mulyadi, lahir di Surabaya, Jatim, 14 Agustus 1945 dan masa kecilnya hingga remaja dihabiskan di kota tersebut. Berkeseniannya tidak pernah didesain oleh sang bapak Ali Sukandi yang berprofesi sebagai pemain gamelan untuk mengikuti jejaknya. Dua kakaknya, Sumiati adalah penyanyi keroncong di Belanda dan Mulyono dikenal di Surabaya sebagai penyanyi keroncong pula, sementara adiknya, Mus Mudjiono adalah penyanyi juga.

Mendirikan band

Kecintaannya bermusik di masa remaja sudah mendarah daging semasa bermukim di Surabaya. Mus Mulyadi pun kemudian membentuk band yang personelnya tiga belas wanita-wanita perkasa yang telah dipersiapkan untuk sukses di dunia panggung hiburan. Band asuhannya, pernah mengisi acara PON I Ganefo di Jakarta dan merajai berbagai ajang lomba festival di kotanya, empat di antaranya adalah, Tititek AR, Lies AR, Titik Hamzah dan Sugien alias Susie Nander. Mereka kelak dikenal dengan nama Dara Puspita setelah hengkang secara diam-diam tanpa sepengetahuannya ke Ibukota Jakarta.

Ada selentingan yang mengatakan, 'bubarnya' band asuhannya itu di sebabkan oleh keberadaan Kus Bersaudara yang sering show di kota ini. Setelah itu, Mus Mulyadi pun membubarkan dan kemudian membentuk band baru bernama Ariesta Birawa, dengan personel drummer, Jeffry Zaenal (Abidin), Harris (rhytem), Oedin Syach (melody) dan Mus Mulyadi (bass,vokal). Mereka merilis album rekaman bertajuk Jaka Tarub di sebuah label yang banyak memproduksi rekaman Koes Plus dan Panbers, PT Dimita Moulding Industries.
Namun, belakangan band ini menghasilkan album rekaman lokal di Serimpi Recording (Si Ompong dan Masa Depanmu), tahun 1972, tanpa keterlibatan Mus Mulyadi, kemudian dirilis ulang pada 2005, di recording Shadoks, Jerman.

Menjadi pengembara

Pertengahan 1969, atas ajakan Jerry Souisa sebagai pimpinan rombongan mengajak 'dua' anggota grup Ariesta Birawa (Mus Mulyadi dan Jefry Zaenal) melakukan tur pertunjukan di sebuah hotel di Singapura. Pada awalnya Mus Mulyadi merasa ragu meninggalkan grupnya yang di masa itu cukup punya nama di kalangan arek-arek Suroboyo, apalagi belum begitu lama ayahandanya meninggal dunia.

Selama dua minggu perjalanan dengan menggunakan kapal kayu dan terdampar di Tanjung Pinang, kemudian rombongan ini menerima show tanpa dibayar pada acara hajatan perkawinan pada salah satu putri saudagar Cina sebagai upah hasil kerjanya untuk diseberangkan ke negara tersebut. Selama pengembaranya, mereka menumpang di rumah salah satu penduduk suku Melayu, hampir setiap malam Mus Mulyadi membuat lagu dan berdoa.
Mereka hampir dua tahun mengembara di negara tetangga itu, dan tak mendapatkan tawaran show. Mereka menjadi gelandangan dan terlunta-lunta tanpa 'makanan', pekerjaan dan uang.

Waktu terus berjalan. Dengan keteguhan, keiklasan hati, dan semangat akhirnya mereka melahirkan The Exotic. Grup ini diperkuat dengan lead guitar, Jerry Souisa, Arkans, (rhytm guitar), Mus Mulyadi (bass guitar/vocal), dan Jeffry Zaenal (drum). Tidak tanggung-tanggung mereka merilis dua album sekaligus berupa pop dan keroncong.
Mereka mengusung lagu Persembahanku, Jumpa, dan Bahagia (pop) dan Jauh di Mata (keroncong) di bawah recording Life, Singapura. Namun sayang, Mus Mulyadi dengan kawan-kawan belum menikmati hasil jerih payahnya setelah rekaman, mereka harus kembali ke Indonesia karena wafatnya sang Plokmator, Bung Karno.

Mulai rekaman

Keberadaanya di kota Surabaya, mulai tercium para panitia show Jakarta untuk terlibat meramaikan panggung hiburan. Panitia pun meminta Mus Mulyadi sebagai pengganti Muchsin Alatas yang berhalangan hadir, karena sakit untuk mendampingi Titiek Sandhora Show di Bali (Singaraja dan Denpasar). Sukses show pertamanya, membuat tawaran datang bertubi-tubi untuk mendampingi penyanyi Ibu Kota lainnya yang sedang mangung di sekitar Jawa Timur.

Sosoknya yang sederhana dan memiliki daya tarik, membuatnya mudah merambah dunia rekaman album pop, Melayu, Mandarin, dan dangdut. Dimulai dengan debut album duetnya bersama Laily Dimyatie (Saling Menolong, Ngotot dan Cinta Terpendam), disusul bergabungnya dengan The Favourite's (Mawar Berduri, Mimpi Sedih dan Teratai Putih). Berlanjut dengan album-albumnya bersama Wiwiek Abidin (Siapa Ingin Kenalan), Tetty Kadi (Sehidup Semati dan Sepasang Remaja) Ida Laila (Siksa Kubur, Bunga Dahliah dan Suara Hati), Demikian pula pemunculan album solonya yang bertajuk Hitam Manis (Melayu) yang melibatkan OmaIrama pada melody dan Rek Ayo Rek (Jawa), berhasil mencetak album dengan rekor penjualan yang fantastis di masanya.

Perkenalannya dengan musik keroncong diawali ketika bersama dengan The Favourite's saat menelurkan album pertamanya, Mus Mulyadi membawakan sebuah lagu berjudul Kr Selamat Jalan. Sehingga oleh produser, Mus Mulyadi diarahkan ke album solo, karena dianggap membawa keberuntungan mengantarkan lagu-lagu keroncong. Terbitlah album solo pertamanya bertajuk Dewi Murni dan Kota Solo. Scara mengejutkan album ini menjadi album laris dan terjual hingga satu juta keping.

DISKOGRAFI

Album Band:
1. Jaka Tarub Ariesta Birawa-Pop/Indonesia) Dimita-1967
2. Persembahanku (The Exotic-Pop/Singapura) Life -1971
3. Jauh di Mata (The Exotic-keroncong/Singapura) Life -1971

Album Solo
1. Terlambat Cintaku (vol 1/Pop) Disco
2. Dewi Murni (Keroncong) Indra
3. Rek Ayo Rek (Jawa) Indra
4. Mawar Merah (Keroncong) Indra
5. Guruku Yang Cantik (Melayu) Indra
6. Hitam Manis (Dangdut ) Indra
7. Aduh Sakit, Aduh Pedih (Melayu) Indra/Golden
8. Anak Haram, Siksa Kubur (Melayu) Indra/Remaja
9. Selamat Tinggal (Pop) Remaja
9. Saat-saat Perpisahan (Melayu/Record'Malaysia ) Wallj

Album Duet
1. Kukenang Wajahmu (duet'Laily Dimyatie/Pop) Mutiara
2. Saling Menolong (duet Laily Dimiyatie/Pop) Son Jaya
3. Sehidup Semati (duet'Tetty Kadi/Pop) Indra
4. Seminggu di Malaysia (duet'Irni Yusnita/Melayu) Indra
5. Bagong Adu Ayam (duet'Titiek Sandhora/Jawa( Indra
6. Siksa Kubur (duet'Ida Laila/Dangdut) Golden Hand
7. Suara Hati (duet'Ida Laila/Dangdut) Golden Hand
8. Cukup Sekali (duet Ida Laila/Dangdut) Golden Hand
9. Cinta dan Air Mata (duet'Ida Laila/Dangdut) Golden Hand
10. Yale-yale (duet'Waljinah/Jawa) Golden Hand
11. Hening (duet'Hetty/Keroncong) Musica
12. Raja & Ratu Langgam Jawa (bersama'Waljinah/Jawa GNP

Album Kompilasi dan Sigle:
1. Perpisahan (bers'Ervina-Mandarin/single) Indra
2. Album Sukses (duet'Ida Laila/Dangdut) Mahkota
3. 20 Keroncong (Album Solo) Blackboard
4. Mesti Ne Yo Ngono (bers'Artis JK-Pop-dut/Single JK Record

CARA MUDAH MENDAPATKAN DUIT DI INTERNET Silahkan KLIK Banner di bawah ini !!!!!!!